UMKM Dina berdiri pada tahun 2015, berawal dari kepedulian Yuyun Ahdiyanti, putri daerah Kelurahan Ntobo, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, terhadap warisan budaya tenun Bima. Sejak kecil, Yuyun tumbuh di lingkungan penenun—di mana benang, alat tenun, dan motif-motif khas Bima adalah pemandangan sehari-hari. Masyarakat Ntobo, khususnya para perempuan, sudah terbiasa menenun sejak usia remaja.
Namun, memasuki era modern, tradisi tersebut mulai ditinggalkan. Generasi muda banyak beralih ke aktivitas lain dan mulai melupakan keterampilan menenun. Kondisi ini membuat Yuyun berinisiatif membangun usaha penjualan kain tenun bernama UKM Dina, dengan tujuan menjaga keberlangsungan tradisi sekaligus membuka peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Kondisi Awal dan Tantangan
Pada masa awal, Yuyun menghadapi kenyataan bahwa Ntobo sebagai kampung penenun tidak menikmati hasil ekonomi yang sepadan. Kain tenun berkualitas tinggi justru banyak dikuasai pengepul, sementara penenunnya menerima upah yang rendah karena:
keterbatasan akses modal,
pemasaran yang bergantung pada pengepul,
tidak adanya akses pasar langsung, dan
minimnya ruang promosi produk.
Kondisi ini diperburuk oleh letak geografis Ntobo yang jauh dari jalan utama dan pusat kota, sehingga penjualan melalui toko fisik tidak efektif. Minimnya lalu lintas pengunjung membuat masyarakat sulit memasarkan produk secara maksimal.
Strategi Perubahan dan Transformasi
Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, Yuyun menerapkan strategi pemasaran digital. Ia memotret hasil tenun warga dan memasarkan produk melalui Facebook dan Instagram. Langkah ini memberikan dampak nyata karena:
Jangkauan pasar menjadi lebih luas,
Promosi menjadi lebih efektif, dan
Penenun terhubung langsung dengan konsumen.
Hasilnya, tenun Bima kembali dikenal, permintaan meningkat, dan Ntobo kembali diidentifikasi sebagai sentra tenun, bukan sekadar pemasok produk mentah bagi pengepul.
Pengakuan dan Apresiasi
Atas konsistensi dan dedikasinya dalam melestarikan tenun sekaligus memberdayakan masyarakat, Yuyun Ahdiyanti meraih SATU Indonesia Award 2024, kategori Kewirausahaan. Penghargaan ini menjadi pengakuan nasional atas langkah nyata yang dilakukan melalui UKM Dina dalam:
Melestarikan warisan budaya,
Menciptakan lapangan usaha, dan
Mendorong ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal.
Penghargaan tersebut sekaligus memperkuat identitas UKM Dina sebagai UMKM yang berkarakter, inovatif, dan berdampak sosial.
Tujuan dan Rencana ke Depan
UKM Dina memiliki beberapa fokus pengembangan, antara lain:
1. Menjadikan Ntobo sebagai Kampung Tenun Bima, sebagai pusat produksi sekaligus destinasi edukasi.
2. Memperluas pangsa pasar hingga ke luar negeri melalui kolaborasi dan digital marketing.
3. Membangun kemitraan dengan pemerintah daerah, komunitas ekspor–impor, dan berbagai lembaga terkait.
4. Meningkatkan nilai jual produk dengan inovasi desain dan peningkatan kualitas produksi.
Penutup
Perjalanan UKM Dina menunjukkan bahwa pelestarian budaya dan penguatan ekonomi dapat berjalan beriringan. Melalui langkah-langkah strategis, kolaborasi, dan pemasaran digital, tenun Bima kembali memperoleh tempat di pasar, sementara Ntobo kembali dikenal sebagai sentra tenun yang produktif.
Dengan semangat pemberdayaan dan komitmen untuk menjaga warisan leluhur, UKM Dina terus tumbuh sebagai bagian dari ekonomi kreatif Indonesia.

Posting Komentar